Tensi Drop Mencoba Bertahan Tiba-tiba Pandangan Membayang dan Ternyata Sudah Dipelukan Istri

Malam ini sepulang dari RS Roemani (25/10) tiba-tiba pandangan membayang kemudian segera duduk, sambil berucap aku ‘nggiyer meh lungguh’, namun entah mengapa ternyata saya sudah dipelukan istri saya yang menangkapnya, ternyata saya tidak sadar dalam beberapa detik, keringat bercucuran.

Seperti biasa hari Jumat (25/10) merupakan jadwal saya untuk hemodialisa di salah rumah sakit swasta di Semarang yaitu RS Roemani Muhammadiyah Semarang, jarak rumah sakit dengan rumah sekitar 3 km.

Setelah memarkir kendaraan di garasi (segera) bergegas masuk rumah, dengan memakai tangga didepan rumah karena satu-satunya jalan adalah melalui tangga karena rumahnya diatas garasi. Bisa sih melalui rumah sebelah dengan tangga yang lebih landai. Harusnya tidak segera tetapi biasa saja.

Saat memarkir kendaraan kaki saya yang kiri menyenggol salah satu besi/bodi motor dan saya kira lecet, ternyata tidak, itulah yang membuat saya harus segera naik ke rumah, aku mengambil lidah buaya lotion yang tersedia dilaci, dan segera saya oleskan lidah buaya kekaki ditempat yang saya kira lecet tersebut, ternyata tidak lecet.

Ketika akan berdiri untuk mengembalikan botol lidah buaya ketempatnya, karena saya mengoles sambil duduk, tiba-tiba pandangan membayang dan kabur, spontan saya bilang ‘aku nggiler meh lungguh maneh, aku meh turonan’.

Belum sempat sampai duduk sempurna, saya sadar ternyata sudah dipelukan istri saya, entah bilang apa saya tidak paham, [saya bilang tak apa-apa tapi perkataan yang keluar hanya e.e.e.e.e.e.eng..e e. kata istri saya – edited], berarti aku tadi sempat tidak sadarkan beberapa detik. Saya mendengar ia berucap istighfar abi, saya disuruh membaca istighfar.

Percakapan sehari-hari saya dipanggil abi atau bapak, sedang dengan istri biasa memanggul umi.

Setelah sadar, dalam pikiran saya, aku harus ke rumah sakit terdekat atau saya coba bertahan dulu, tetapi pikiran itu menghilang karena aku harus tetap bertahan sekuat tenaga dan melakukan yang terbaik sambil senantiasa beristighfar (minta ampun pada Allah) dengan hanya dalam hati. Aku harus rebahan.

“Piye bi… masih dipelukan istri saya”
“Nggak popo aku…. nggiyer…. aku meh nglekar (rebahan), mungkin tensi saya drop lagi”

“Istighfar…. istighfar…. “ itu yang disampaikan kepada saya dari istri saya sambil menuntunnya melafalkan…. astaghfirullahal’adzim… Allahu Akbar aku menirukan dalam hati…

Aku rebahan dilantai sekenanya dalam mata terpejam… aku tidak berani membuka mata, baru setelah itu dicarikan alas (tikar) dan bantal.

Aku minta air panas, teh panas, dan permintaan itu saya batalkan, ganti air putih hangat saja air biasa saja.

Keringat terus becucuran (katanya keringat dingin), aku melepas kaos yang sudah basah karena keringat, aku minta lepas celana panjang ganti sarung, lepas celana dalam ganti yang tidak basah..

“Pripun….” (bagaimana) istri saya menanyakan

“Aku tak istirahat ben kondisine luwih apik disik” (aku mau istirahat dulu biar kondisinya lebih baik).

Air putih hangat satu gelas disiapkan untuk saya minum, langsung akan dituangkan dimulutku tetapi aku minta minum dengan sedotan, dicarilah sedotan dan biar saya sedot sendiri sesuai kebutuhanku.

Istri saya tidak henti-hentinya mengusap keringat yang keluar ditubuhku hampir sekujur badan.

Istri saya menawarkan apa dikeroki, aku bilang nanti ini keringat masih terus keluar, jika nanti sudah tidak terlalu berkeringat lagi, boleh dikeroki…. dan ketika tampak keringat sudah tidak terlalu banyak kemudian, istri saya mengambil kayu putih dan alat kerik, dapat satu lajur…. saya minta kerikan dihentikan…..

Mau makan …., istri saya menawari makan malam

Makannya nanti setelah kondisi biar enak dulu “aku durung wani tenguk-tenguk”, nanti saya sampaikan, dan saya mencoba membuka mata untuk mengetahui apakah pandangan masih membayang atau tidak, ternyata sudah tidak membayang.

Makan makanan ringan dulu, “mangan opo sembarang“ saya diambil roti tawar dan biskuit yang selalu memang disediakan dirumah.

Saya kembali rebahan (tiduran)
Pintu ditutup angine semribit, saya menyuruh menutup pintu karena anginnya sepoi-sepoi yang mana kondisi ini mestinya dibutuhkan untuk mengurangi keringat yang keluar, tetapi ketika anginnya menerpa tubuhku membuat badan terasa dingin.

Aku durung sholat Isya, piye nek tayamum karo sholate tiduran saya sampaikan ke istri
“Ayo kulo pandu neng kamar mandi wudlu” istri saya menawarkan
“Aku durung wani ngadek” (aku belum berani berdiri)
“Nggih empun sholat Isya mangke mawon, isih dowo wektune” (Ya jika begitu sholat Isya nanti saja, masih panjang waktunya)

“Nopo dhahar sakniki” (apa makan sekarang) istri saya menawari lagi
“Iya…. keno” (ya boleh) dan akhirnya istri saya ke lantai atas untuk mengambil makan, ya dapur saya ada dilantai atas, jadi untuk mengambil makan harus naik ke atas melalui tangga.

Makanan sepiring nasi dengan sayur sop bakso telah siap, saya bangun dan duduk mulai makan disuapi sama istri. Saya tidak memerhatikan seberapa porsi nasi yang disajikan, karena makan dengan mata terpejam dan sesekali membuka mata melirik nasinya masih banyak apa sedikit.

Saya hendak bermaksud menghentikan makan saat saya lihat masih ada nasi dipiring, dalam hati saya nanti saya ingin melanjutkan makan nanti saja, tapi pikiran itu saya tahan untuk diucapkan, akhirnya makan saya kunyah sampai sepiring habis. Saya merasa mengunyah makanan ini kok lama sekali untuk setiap sendoknya.

Selesai makan, entah menggunakan waktu berapa lama, kemudian saya tetap dalam kondisi duduk, karena kata orang tua dahulu selepas makan tidak boleh tiduran. Duduknya tetap bersandar di dinding diberi alas bantal.

Ibu saya bilang… “istirahat neng kamar sana”
“Teng mriki mawon” (disini saja)

Setelah kira-kira 20 menit bersandar di dinding kemudian saya kembali tidur masih dilantai, namun sebelum tidur istri saya menawari untuk memapah ke kamar mandi wudlu dan sholat Isya. Kamar mandi dilantai bawah disekat sedikit untuk tempat mengambil air wudlu, maklumlah di kota.

Karena saya belum berani berdiri, maka saya bilang “Aku durung wani ngadek”, dan akhirnya tidur lagi, kali ini benar-benar tertidur. Alhamdulillah.

Aku tidak minta diantar ke rumah sakit, meskipun rumah sakit terdekat hanya 400 meter, ada RS Elisabeth tetapi kalau diantar mungkin pilih RS Roemani, kondisi badan sudah terasa lebih nyaman, pandangan tidak lagi membayang.

Sekitar pukul 23.30 saya bangun ketika semua anggota keluarga sudah pada tidur. Istri saya ikut tidur dilantai tetapi diatas kepala saya, “adu sirah”, saya perhatikan dengan seksama ini yang tidur siapa ya…. istri saya atau ada tamu… pasti istri saya, dan saya berusaha yakin jika itu istri saya, masih saya pandangi terus…. paling istri saya.

Teringat belum sholat Isya, saya segera bangkit berdiri, dan Alhamdulillah sudah merasa normal dan baik kembali, segera saya mengambil air wudlu dan sholat Isya.

Sehabis sholat saya mengambil tensimeter, saya tensi 85/55, waduh kok masih rendah, mungkin waktu nggliyer kurang dari itu, saya coba lagi 97/59 sudah mulai baik, dan akhirnya aku kembali tidur, tetapi sekarang tidur di kamar.

Istri saya terbangun, mungkin karena mendengar suara tensimeter model lama itu yang suaranya keras seperti blender, menyapa saya “sampung Sholat” kemudian saya jawab “uwis, nembe” baju koko yang saya kenakan untuk sholat sudah saya lepas dan ditaruh diatas ranjang, saya sholatnya di kamar.

Tensi 85/55 itu sewaktu masih memakai baju koko lengan panjang, ketika lepas baju dan saya tensi kembali, 97/59.

Aku minta dibuatkan minuman panas, aku pilih coklat, dan makanan ringan yang ada.

Sambil makan roti aku minum coklat panas pelan-pelan sedikit-demi sedikit, sruput…

Saya lihat istri saya kembali tidur dilantai yang beralas ditempatku tidur sebelumnya, dan saya pergi tidur ke kamar setelah minum coklat panas selesai.

Adzan Subuh berkumandang saya terbangun, aku melihat istri saya ikut tidur disampingku, aku tidak tahu kapan ia masuk kamar. Mau pergi ke ke mushola untuk jamaah belum berani, meskipun Mushola Nur Hidayah yang berada disebelah kiri hanya 6 rumah tipe kota yang berhimpitan, jadi cukup dekat.

Alhamdulillah, aku bisa melewati kondisiku malam ini, dan akhirnya menuangkan kisah ini di blog.

Baca juga : Ternyata Buah-Buahan Ini Turunkan Tensi, Bahkan Menormalkan berdasar Pengalaman

Bagaimana mengatasi kondisi drop, yaitu dengan rebahan (tiduran), minum air hangat secukupnya (manis lebih bagus), pikiran tetap tenang dan semangat, dan makan.

Semoga bermanfaat.

Salam

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s