Syiar

Syiar, upaya untuk menyampaikan kebaikan/kemaslakhatan.

Syiar Islam

Dalam kehidupan manusia terdapat banyak peninggalan bersejarah yang monumental dan mengandung nilai yang tinggi. Peninggalan semacam ini, biasanya dijaga dan dipelihara sebagai ‘peringatan’ agar manusia dapat mengambil pelajaran. ”Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman.” (QS al-Dzariyat [51]: 55).

Dalam Alquran, hal-hal yang monumental semacam itu dinamai ‘syiar’ yang secara harfiah berarti tanda atau rambu-rambu yang dipasang untuk mengenali sesuatu. Kata syiar berasal dari kata syu`ur, yang bermakna rasa, karena syiar dibangun agar setiap orang yang melihatnya merasakan keagungan Allah SWT.

Syiar selanjutnya dipahami sebagai tanda ibadah, terlebih lagi ibadah haji. Syiar bisa menunjuk pada tempat-tempat yang mulia, seperti Ka`bah, Shafa, Marwah, Arafah, dan al-Masy`ar al-Haram; bisa menunjuk pada waktu, seperti bulan Dzulqa`dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab; dan dapat pula menunjuk pada amalan-amalan agama.

Menurut al-Razi, syiar tak hanya menunjuk pada amalan ibadah haji semata, tetapi semua ibadah, bahkan semua aktivitas yang menjadi simbol kepatuhan seseorang kepada Allah. Syiar diagungkan sebagai manifestasi rasa takwa. Firman-Nya: ”Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.” (QS al-Hajj [22]: 32)

Kegiatan mengagungkan syiar Allah pada ayat ini dipahami oleh para ulama dalam beberapa makna. Pertama, ihtifal. Bahwa aktivitas keagamaan yang bernilai syiar, perlu dilakukan secara terbuka, meriah, dan penuh antusiasme, tetapi tetap khidmat dan penuh makna.
Kedua, iltizam. Bahwa mengagungkan syiar itu merupakan kewajiban agama yang harus ditunaikan oleh setiap Muslim sebagai bagian dari proses tadzkir, yaitu usaha untuk mengingatkan manusia pada keagungan Allah.

Ketiga, itmam. Bahwa syiar harus dilakukan sebaik dan sesempurna mungkin. Sekadar contoh, dalam konteks syiar haji, Rasulullah memberikan 100 ekor unta sebagai kurban.

Seperti telah dikemukakan bahwa syiar bertalian dengan takwa. Ahli tafsir Zamahsyari, juga Ibn `Asyur, memahami takwa sebagai mabda’, atau pangkal tolak kegiatan syiar. Bagi Al-Alusi, selain sebagai  mabda’, juga sebagai ta`lil, yakni alasan perlunya syiar.

English: Allah in stone in Rohtas Fort, Distri...
English: Allah in stone in Rohtas Fort, District Jhelum, Punjab, Pakistan (Photo credit: Wikipedia)

Ini berarti, syiar Islam tak boleh dilihat dari sisi simboliknya semata, tetapi pada makna profetiknya yang inspiratif dan transformatif. Dalam arti, lahir dari semangat takwa untuk menggerakkan manusia mencapai derajat takwa.

Sumber:
http://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/hikmah/10/01/20/101655-syiar-islam

Islam Berkembang Pesat di Inggris

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON — Agama Islam menunjukkan perkembangan yang sangat menggembirakan di Inggris. Sebuah situs berita, Daily Mail, bahkan menyebut Islam adalah masa depan. Hal itu merujuk pada fakta bahwa semakin banyaknya gereja di London yang kosong. Sementara, masjid di London justru selalu penuh sesak oleh jamaah.

Daily Mail memotret suasana Gereja St George pada saat pelayanan pagi. Di gereja tersebut hanya terlihat 12 orang yang sedang beribadah. Padahal, gereja yang dibangun pada awal abad ke-18 tersebut didesain untuk menampung 1.230 orang. Pemandangan yang sama juga terlihat di gereja St Mary. Di rumah ibadah umat Kristiani itu, hanya ada 20 orang saja yang mengikuti ibadah.

Sementara dua gereja nyaris kosong, sebuah masjid yang letaknya tak jauh dari kedua gereja tersebut justru penuh sesak oleh jamaah. Masjid itu sendiri tidak lebih dari sebuah ruangan kecil sewaan di pusat kota, dan hanya dapat menampung sekitar 100 orang saja. Namun, pada hari Jumat, jumlah jamaah membengkak menjadi tiga sampai empat kali kapasitas ruangan, sehingga jamaah tumpah keluar ke jalan.

Fakta tersebut menunjukkan bahwa tren saat ini Islam adalah agama satu masa depan. Dalam sepuluh tahun terakhir, telah terjadi penurunan orang yang mengaku beragama Kristen di Inggris dan Wales. Dari yang semula 71,7 persen, kini menjadi 59,3 persen dari populasi. Pada periode yang sama jumlah Muslim di Inggris dan Wales meningkat dari 3 persen dari populasi menjadi 4,8 persen.

Sebagian besar umat Muslim juga berusia muda. Setengah dari umat Muslim di Inggris berusia di bawah 25 tahun. Diperkirakan dalam 20 tahun ke depan, Muslim lebih aktif di negara ini daripada Kristiani.

Sumber: Kamis, 30 Mei 2013, 07:49 WIB
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-mancanegara/13/05/30/mnl6b0-islam-berkembang-pesat-di-inggris

BEBERAPA MANFAAT AYAT KURSI

1.         Imam Ghazali menerangkan dalam kitabnya, Khawasul Qur’an, bahwa ibnu Kutaibah meriwayatkan suatu peristiwa yang terjadi dinegeri Basrah, yaitu salah seorang pedagang kurma bernama Ka’ab telah pergi ke negeri Basrah membawa barang dagangannya, untuk dijual di pasar Basrah. Setelah Ka’ab sampai disana, ia mencari tempat penginapan, tetapi semuanya telah penuh diisi oleh pedagang-pedagang yang telah datang lebih dahulu. Kemudian Ka’ab melihat sebuah rumah kosong, dindingnya terdapat banyak sarang laba-laba. Kelihatannya rumah itu sudah lama tidak didiami orang. Ka’ab datang kepada orang yang empunya rumah, ia ingin menyewa tempat itu selama kurang lebih satu minggu. Kata pemilik rumah, rumah itu aneh sekali, selalu menjadi buah pembicaraan masyarakat ramai. Menurut kata-kata orang bahwa rumah itu ditempati oleh jin Ifrit. Banyak orang yang menempatinya binasa karenanya. Ka’ab berkata, meskipun demikian, karena tempat lain tidak ada, saya bersedia tinggal di tempat itu, asalkan yang pemilik rumah mengijinkannya.

“Baiklah”, kata yang empunya rumah, “Saya tidak keberatan dan saya tidak memungut biaya sewa apa- apa”. Ka’ab tinggal dirumah itu mulai sore hari tidak merasa takut, tetapi setelah tengah malam Ka’ab melihat tampak bayangan hitam dengan dua buah mata bernyala-nyala seperti api, mendekati Ka’ab, maka Ka’ab segera bangun dan membaca “Allaahulaa ilaaha illaa huwal hayyul qayyuum” tetapi bayangan itu selalu mengikuti apa yang dibaca oleh Ka’ab sehingga pada akhir ayat. Tetapi sesampai Ka’ab membaca ayat terakhir dari ayat Kursi tersebut yang berbunyi “Walaa yaudlu hifduhumaa wa huwal ‘aliyyul ‘aziim” tidak terdengar lagi suara yang mengikutinya.

Ka’ab heran dan diulanginya lagi: “Walaa yaudlu hifduhumaa wa huwal ‘aliyyul ‘aziim” tetapi tidak terdengar lagi suara yang mengikutinya, maka dibacanyalah sampai berulang kali dan bayangan hitam itu lenyaplah dari pandangan Ka’ab dan tercium sesuatu bau seperti ada sesuatu yang terbakar. Kemudian Ka’ab tidur ditempat itu dengan tidak mendapat gangguan apa-apa. Dipagi hari Ka’ab melihat disalah satu sudut rumah itu bekas-bekas seperti ada sesuatu yang telah terbakar dan tampak ada abu.

Disaai itu Ka’ab mendengar suara, suara berkata: “Hai Ka’ab, engkau telah membakar jin Ifrit yang ganas”. Ka’ab heran dan berkata “Dengan apa aku membakarnya?” Jawab suara itu: “Dengan Firman Tuhan, “Walaa yaudlu hifduhumaa wa huwal ‘aliyyul ‘aziim””.

2.         Keterangan pada kitab Khawasul Qur’an yang lain karya Imam Ghazali. Bahwa, Siapa yang membaca ayat Kursi dengan dawam setiap kali selesai sembahyang fardlu, setiap pagi dan petang, setiap kali masuk ke rumah dan ke pasar, setiap kali masuk ketempat tidur, dan pergi musyafir (bepergian jauh), insya Allah ia akan diamankan dari godaan syetan dan kejahatan raja-raja yang kejam, diselamatkan dari kejahatan manusia dan kejahatan binatang-binatang yang memudaratkan. Terpelihara dirinya dan keluarganya, anak-anaknya, terpelihara hartanya dan rumahnya dari kecurian, kekaraman, dan kebakaran. Didapatnya keselamatan dan kesehatan jasmaninya dengan ijin Tuhan yang Hidup dan Berdiri Sendiri (Maha Kaya).

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s